KRETEK DAN ALTAR KEKUASAAN
Sore saat langit mendung kala itu tepatnya Jum'at, 12 Januari 2015 perjumpaan yang tidak sengaja dengan bapak tua yang berkisar umur 50 tahunanan pak Sahe namanya atau akrab di kenal warga desa xxx dengan sebutan man Sahe yang insya allah pertemuan kami sudah tuhan rencanakan. Perawakan tubuh man sahe seperti layaknya gestur tubuh orang indonesia. Jelas, bapak dan ibu beserta keluarganya lahir dan besar di desa yang telah beliau tempati itu. tinggi badan sekitar 165 tidak gemuk juga tidak kurus, warna kulitnya hitam manis, kulit keriput, dan badannya gagah walau sedikit bungkuk. Prawakan beliau mengisyaratkan bahwa beliau pekerja keras dan kelihatan kasar.
Dengan kretek yang di hisap di tengah dua jarinya, beliau menawarkan untuk singgah di rumah gubuk di tengah sawah tempat man sahe mengais rejeki untuk menyambung penghidupan keluarganya.
Kontras rasanya, bila seseorang melihat beliau pasti mengira man sahe orang yang kasar. tapi saat mengenalnya ternyata dia orang sederhana yang baik hati. pesan-pesannya sungguh bijaksana sesuai pengalaman hidupnya.
"le sekolah iku ojok golek pinter, tapi golek ilmu sing barokah lan manfaat kanggo ummat" Sambutan man sahe kepadaku setelah sebelumnya dia menawarkanku untuk singgah ke gubuknya.
"ngeh pak" sautku sambil mengangguk yang rupanya man sahe sudah paham statusku sebagai mahasiswa.
Perbincangan kamipun berlanjut di tengah hijaunya sawah dalam kondisi langit mendung. Walaupun man sahe orang desa yang hanya bisa baca tulis dan tamatan SD namun beliau banyak mengikuti perkembangan luar bahkan tak segan beliau menberikan pendapatnya. Seperti situasi yang ada di desanya, mengenai pertambangan emas di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu.
"Indonesia ini banyak saya dengar sebagai negara yang kaya ke aneka ragaman hewan dan tumbuhan (mega biodiversitas), di juluki macan asia, karena kekayaan alamnya yang melimpah baik daratan (Agraris) maupun lautnya (maritim) itu benar le, karena sawah yang setiap hari saya cangkul dan saya manfaatkan terus untuk menafkahi keluarga tidak pernah habis memberikan padi dan tanaman, laut yang setiap harinya ber ton-ton ikan yang di ambil nelayan tidak pernah ada habis-habisnya. tapi rupanya banyak yang mau mengusik kesejahteraan kami karena nafsu dan ketamakan, Gunung Tumpang pitu yang banyak memberi manfaat bagi kamu mereka keruk emas dan mereka gunduli alasnya. Katanya indonesia merupakan paru-paru dunia tapi hutan malah di "babati kabeh"". usap man sahe sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
"iya pak, begitulah orang-orang penguasa mencari kesenangan hidup dan mencekik orang-orang bawah. penguasanya juga begitu di pilih oleh rakyat tapi malah membela dan memuluskan jalan pengusaha agar perusahaannya dapat berdiri di sini, iya begitulah hidup pak." jawabku memberanikan diri untuk memancing emosinya agar sesuatu yang mengganjal hatinya dapat beliau utarakan.
Dengan nada tegas "hidup bukan begitu le, apakah kamu terima dan mewajarkan bila terjadi pemerkosaan, pembunuhan, dan kejahatan lainnya ?" tegaskan sambil melanjutkan "Dalam ajaran agama semuanya mengajarkan agar kita merawat alam dan seisinya. makanya orang mati yang di bawa amalnya, itu amanat hidup agar kita jadi orang baik dan berguna bagi alam dan seisinya"
Pertemuan singkat dengan man sahe karena akan tiba waktu magrib membawa pesan kesejahteraan bukan kita memperkaya diri dan menindas orang lain. tapi bagaimana hidup kita cukup dan mampu berguna bagi orang lain sehingga kita menjadi orang yang bebas.
Menurut K.H Marx dalam Das Capital Vol. I,II, & III sebagai analis kritik terhadap ketimpangan struktur atau perbedaan kelas telah terjadi penindasan berkebanjangan yang harus di rubah (revolusi) untuk membentuk tatanan tanpa kelas dan tanpa penindasan. dalam analisis itu bagaimana alat-alat produksi dan kekuasaan akan menjadi bibik dan buas apapila hanya di kuasai kelompok haus kapital dan sedangkan mereka berada di titik kehausan karena mereka (pemodal & penguasa) akan teralinasi atau terasingkan dalam kehidupannya.
Bangsa yang besar dalam pemahaman man sahe tidak akan pernah terwujud bila tidak dapat melihat mas lalu, masa kini, dan masa depan. "Bila ingin menjadi bangsa yang besar ceritakan tentang kejayaan masa lalu, tentang kondisi hari ini, dan tantangan masa depan".
Maka kembali kepada sejarah di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu terdapat risalah perjuangan pahlawan banyuwangi. wong agung wilis namanya, bertapa untuk menyucikan diri di gunung tumpang pitu, mendirikan perkampungan pesangrahan dengan sumberdaya melimpah baik kekayaan agrarisnya juga kekayaan maritimnya.
Hari ini penjarahan kekayaan perut bumi di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu sedang di keruk mengabaikan aspek ekologis dan mengacuhkan kebergantungan masyarakat. Mereka puas dengan makan malamnya, dengan Wine dan perempuan berpaha putih mulus menari streptis di hamparan altar emas. Sambil berpidato sempoyongan setengah mabuk "abdikan diriku untuk memperjuangkan kaum papa" tepuk tangan riuh penggemarnya sambil melambai bendara dari negara aglo penguasa capital dunia.
(Banyuwangi, 15 Januari 2018)
Komentar
Posting Komentar
Kritik dan Saran Sangat Di Butuhkan Untuk Membangun Blog